Selamat Datang dan selamat bergabung dengan Angel's Botanical

Selamat Datang dan selamat bergabung dengan Angel's Botanical



Kami dengan bangga menyambut para millis untuk bergabung dan berinteraksi dengan perusahaan kami.

Harapan Kami,Kita akan bisa bekerjasama dan menjadi sukses.



Minggu, 15 Maret 2009

2009, Indonesia Produsen Rumput Laut Terbesar

2009, Indonesia Produsen Rumput Laut Terbesar
Rabu, 11 Feb 2009 - Sumber: Brigita Maria Lukita, kompas.com - Baca 163 x - Baca: Mar 15 2009

Indonesia menargetkan untuk menjadi penghasil rumput laut terbesar dunia mulai 2009. Hal itu dilakukan karena Indonesia memiliki keunggulan dalam produksi rumput laut dunia. Meski demikian, upaya itu hingga kini terkendala daya saing industri yang lemah.

Direktur Investasi dan Usaha Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Widodo Farid Ma'ruf di Jakarta, mengatakan, produksi rumput laut Indonesia memiliki keunggulan wilayah tropis sebagai penghasil rumput laut.

Beberapa jenis rumput laut yang potensial dikembangkan untuk mendukung industri antara lain Gracillaria untuk penghasil agar-agar, Eucheuma untuk karaginan, dan Sargassum untuk alginal atau bahan obat-obatan.

Hingga kini pasar rumput laut Indonesia belum optimal karena sebagian besar produk masih dijual dalam bentuk bahan dasar. Berdasarkan data statistik ekspor hasil perikanan 2006, ekspor rumput laut sebesar 95.588 ton , dengan nilai sebesar 49.586.226 dollar AS.

Widodo mengatakan, pemerintah akan menerapkan klaster budidaya rumput laut mulai tahun ini untuk meningkatkan konsentrasi produksi rumput laut. Beberapa wilayah yang disiapkan antara lain Gorontalo, Sumenep (Jawa Timur), Dompu (Lombok Timur), Banten, dan Pangkep.

Ketua Umum Masyarakat Perikanan Nusantara Shiddiq Moeslim, mengatakan, upaya meningkatkan produksi rumput laut harus diarahkan dengan melihat kebutuhan rumput laut dunia, dan peningkatan industri yang menghasilkan produk akhir.

Akan tetapi, industri pengolahan hasil perikanan saat ini stagnan. Akibatnya, Indonesia hanya memiliki bahan baku, tetapi sulit meningkatkan nilai tambah. Hal itu diperparah dengan penguasaan teknologi yang minim.

Direktur Pengolahan Hasil DKP, Achmad Poernomo mengatakan, upaya industrialisasi perikanan masih menghadapi sejumlah kendala. Di antaranya kesulitan bahan bakar, seiring mahalnya harga BBM. Sementara itu, pasokan bahan baku belum memadai dalam kualitas dan kuantitas. Karena itu, diperlukan koordinasi lintas sektor dan instansi pemerintah untuk mendorong industrialisasi di sektor perikanan.
Di input oleh irsyadi

DKP Menargetkan Kinerja Ekspor Rumput Laut Naik

DKP Menargetkan Kinerja Ekspor Rumput Laut Naik
Rabu, 11 Mar 2009 - Sumber: www.kontan.co.id - Baca 60 x - Baca: Mar 15 2009

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menargetkan, volume ekspor rumput laut tahun ini mencapai 50.000 ton atau senilai US$ 46 juta. Angka ini naik dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 48.000 ton atau senilai US$ 44 juta.

Selama ini, ekspor rumput laut terbesar masih dalam bentuk primer atau bahan baku. Pasar ekspor rumput laut Indonesia adalah China, Korea, Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat. Umumnya, mereka membutuhkan rumput laut sebagai bahan makanan, obat, dan kosmetik.

DKP yakin, permintaan rumput laut di pasar ekspor akan terus meningkat. Pemerintah berharap, ke depan, ekspor tidak lagi dalam bentuk primer. Tapi, minimal dalam bentuk chip (ekstrak). "Hal ini bisa tercapai melalui pembentukan kluster rumput laut di Indonesia," kata Martani Huseini, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) DKP, Senin (9/3).

Selama ini, ekspor rumput laut menyumbang 36% dari total ekspor perikanan yang mencapai Rp 30 triliun. Karena kontribusinya besar, DKP pun serius mengembangkan kluster rumput laut, mulai budidaya sampai industri pengolahan. Untuk mendorong ekspor rumput laut dalam bentuk olahan, "Nanti, kami akan melarang ekspor primer," ucap Martani.

Komisi Rumput Laut Indonesia (KRLI) mengakui, saat ini ekspor rumput laut masih gelondongan. Karena itu, komisi menyambut baik rencana pemerintah mengembangkan kluster. Sistem kluster diharapkan bisa mengontrol mulai dari bibit, pengeringan, sampai pemasaran. "Sistem kluster juga bisa mendorong daerah mempunyai merek rumput laut yang dihasilkan, sehingga harganya lebih mahal," kata W. Farid, Ketua Komisi KRLI.
Di input oleh irsyadi

Seawed

RI-Korea Kembangkan Biofuel Rumput Laut
Jumat, 13 Mar 2009 - Sumber: Nurul Hidayati - detikNews - Baca 59 x - Baca: Mar 15 2009
Print
Rumput laut tak hanya sehat untuk disantap, tapi juga bisa diolah sebagai sumber energi (biofuel).

Pemerintah Korea dan Indonesia sepakat untuk mengembangkan teknologi ini. Kerjasama ini juga diharapkan dapat dijalin meliputi tukar-menukar peneliti atau tenaga ahli lainnya, pengembangan SDM, termasuk diklat dan pemberdayaan masyarakat pesisir, penelitian dan pengembangannya. Bahkan termasuk pula untuk mendorong kerjasama kalangan swasta kedua negara, dalam bidang budidaya dan pengolahan rumput laut.

Area kerjasama tersebut termuat dalam Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) yang ditandatangani oleh Widi Agoes Pratikto, Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan, dengan Kyoung-hoan Na, President Korea Institute of Industrial Technology (KITECH), sebuah Badan Pemerintah yang berfungsi mengembangkan teknologi.

Penandatanganan tersebut disaksikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Perdagangan, adapun dari Korea oleh Menteri Perekonomian Berbasis Pengetahuan (Minister of Knowledge Economy).

Acara berlangsung di sela-sela Indonesia-Korea CEO Business Dialog yang diselenggarakan oleh KADIN dan KCCI (Korea Chamber of Commerce and Industry) pada hari Sabtu, 7 Maret 2009 di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta.

Bentuk kerjasama yang paling kongkrit diharapkan dalam bidang bio-fuel dari rumput laut, sebagaimana hasil pembicaraan kunjungan pendahuluan Kepala Pusat Data dan Informasi DKP, Soen'an Hadi Poernomo, ke Korea pada akhir tahun lalu. Hal ini merupakan salah satu wujud nyata implementasi Visi Nasional Korea, yakni 'Low Carbon, Green Growth', sebagaimana yang dicanangkan oleh Presiden Lee Myung-bak pada HUT Republik Korea ke-60 tahun, tanggal 20 Agustus 2008 yang lalu.

Green Growth menjadi penggerak utama perubahan di Korea, dimulai dari kebijakan perekonomian sampai menjadi gaya hidup masyarakat. Konsepnya telah diintegrasikan ke dalam rencana nasional Korea, seputar energi dan perubahan iklim.

Pemakaian rumput laut sebagai sumber energi memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan biofuel yang terambil dari bahan nabati daratan, seperti tebu, jagung, kelapa sawit, singkong dan lain-lain.

Lahan di darat semakin sempit bersaing dengan peruntukan lahan bagi program ketahanan pangan dan pemukiman. Usaha biofuel ini bila pengembangannya menggunakan lahan hutan, tentu berimplikasi terhadap iklim global pula. Adapun rumput laut, hijaunya di sepanjang pantai diharapkan memiliki peran positif terhadap lingkungan.
Di input oleh Irsyadi